K.H.Ahmad Salimul Apip adalah pimpinan pondok pesantren Addhlaaniyyah-
Soreang, Bandung. Selain pimpinan Ponpes Addhlaaniyyah beliau juga aktif
mengisi acara di Majelis T’alim, pengajian rutin dan Da’i Shalawat.
Sebagai mubaligh yang mempunyai ciri khas dengan penampilan hadroh yang
selalu dibawakan setiap mengisi acara itu menjadi daya tarik mubalagh/
jemaah. Serta suara beliau yang merdu dan pembawaan yang hikmat adalah
ciri khas K.H. A Salimul Apip .
Tidak banyak para mubaligh yang mahir bershalawat dan hadroh ketika memberikan ceramah. Kebanyakan dari mubaligh saat ini hanya menjelaskan teori-teori dan pemaparan saja, bahkan bisa dibilang kurang memperhatikan seni yang ada di dalam tablighnya. Melalui Hadroh dan Shalawat K.H. Salimul Apip mengamalkannya dengan caranya sendiri sehingga ini lah yang menjadi daya tarik para mubalagh. Karena Shalawat sudah menjadi rutinitas yang berjalan secara alamiah seiring dengan perkembangan zaman dilengkapi dengan pengajian (ceramah agama) yang menjelaskan berbagai makna terkandung dalam shalawat dengan berbagai macamnya.
Tujuan Teoritis
Penelitian mengenai Media tabligh yang digunakan oleh K.H. Salimul Apip adalah melalui media shalawat yang mana bertujuan selain bershalawat kepada Rassul dan memperkukuh ukhuwah islamiyyah antar sesama. penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang didapatkan dari hasil pencarian referensi dari wawancara dan berbagai sumber referensi buku-buku, artikel dan MP3.
Penelitian mengenai Media tabligh yang digunakan oleh K.H. Salimul Apip adalah melalui media shalawat yang mana bertujuan selain bershalawat kepada Rassul dan memperkukuh ukhuwah islamiyyah antar sesama. penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang didapatkan dari hasil pencarian referensi dari wawancara dan berbagai sumber referensi buku-buku, artikel dan MP3.
Analisis
A. Hadroh sebagai media tabligh yang digunakan K.H Salimul Apip
Makna hadrah dari segi bahasa diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro atau yuhdhiru atau hadhron atau hadhrotan yang berarti kehadiran. Namun kebanyakan hadrah diartikan sebagai irama yang dihasilkan oleh bunyi rebana. Dari segi istilah atau definisi, hadrah menurut tasawuf adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan masuk ke ‘hati’, karena orang yang melakukan hadrah dengan benar terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasul-Nya.
Hadrah atau lebih populer dengan sebutan terbangan perkembangannya tak lepas dari sejarah dakwah Islam. Seni ini memiliki semangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.Tidak ada yang tahu secara persis, kapan datangnya musik hadrah di Indonesia. Namun hadrah atau yang lebih populer dengan musik terbangan (rebana bahasa jawa) tersebut tak lepas dari sejarah perkembangan dakwah Islam para Wali Songo.
A. Hadroh sebagai media tabligh yang digunakan K.H Salimul Apip
Makna hadrah dari segi bahasa diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro atau yuhdhiru atau hadhron atau hadhrotan yang berarti kehadiran. Namun kebanyakan hadrah diartikan sebagai irama yang dihasilkan oleh bunyi rebana. Dari segi istilah atau definisi, hadrah menurut tasawuf adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan masuk ke ‘hati’, karena orang yang melakukan hadrah dengan benar terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah dan Rasul-Nya.
Hadrah atau lebih populer dengan sebutan terbangan perkembangannya tak lepas dari sejarah dakwah Islam. Seni ini memiliki semangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.Tidak ada yang tahu secara persis, kapan datangnya musik hadrah di Indonesia. Namun hadrah atau yang lebih populer dengan musik terbangan (rebana bahasa jawa) tersebut tak lepas dari sejarah perkembangan dakwah Islam para Wali Songo.
K.H Salimul Apip menggunakan hadrah sebagai media tabligh biasanya digunakan saat menyemarakkan acara-acara Islam seperti peringatan Maulid Nabi, tabligh akbar, perayaan tahun baru hijriyah, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya. Syair-syair Islami yang dibawakan saat bermain hardah mengandung ungkapan pujian dan keteladanan sifat Allah dan Rasulallah SAW yang agung. Dengan demikian akan membawa dampak kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Beliau bercermin dan mengambil ilmu tersebut dari para sufi yang biasanya melibatkan seruan atas sifat – sifat Allah yang Maha Hidup (Al-Hayyu), melakukannya sambil berdiri, berirama dan melantunkan bait-bait pujian atas baginda Nabi Muhammad SAW. Sama halnya dengan tujuan hadroh yang ada, tujuan K.H Salimul Apip memainkan Hadroh agar menambah ke-khusyu’an kita ketika berlangsungnya acara dan suara tabuhan hadroh seakan membuat hati kita bergetar mendengar puji-pujian kepada Allah SWT dan lantunan shalawat untuk Nabi Muhammad serta dengan hadroh juga dapat menumbuhkan kedekatan antara mubaligh dan mubalagh.
Contoh Syair yang dibawakan K.H Salimul Afif :
Aku adalah tempat yg paling gelap di antara yang gelap, maka terangilah aku dgn TAHAJUD.
Aku adalah tempat yang paling sempit, maka LUASKAN aku dengan ber SILATURAHIM.
Aku adalah tempat yang paling sepi maka RAMAIkanlah aku dengan perbanyak baca AL-QUR'AN.
Aku adalah tempat yang paling sempit, maka LUASKAN aku dengan ber SILATURAHIM.
Aku adalah tempat yang paling sepi maka RAMAIkanlah aku dengan perbanyak baca AL-QUR'AN.
Aku adalah tempatnya binatang-binatang yang menjijikan maka racunilah ia dengan Amal SEDEKAH
Aku yang menyepitkanmu hin...gga hancur bilamana tidak Solat, bebaskan sempitan itu dengan SOLAT
Aku adalah tempat untuk merendammu dengan cairan yang sangat amat sakit, bebaskan rendaman itu dengan PUASA..
Aku adalah tempat Munkar dan Nakir bertanya, maka Persiapkanlah jawapanmu dengan Perbanyak mengucapkan Kalimah "LAILAHAILALLAH"..
Ya Allah Matikanlah Kami Semua Dalam Keadaan Islam...
Aku yang menyepitkanmu hin...gga hancur bilamana tidak Solat, bebaskan sempitan itu dengan SOLAT
Aku adalah tempat untuk merendammu dengan cairan yang sangat amat sakit, bebaskan rendaman itu dengan PUASA..
Aku adalah tempat Munkar dan Nakir bertanya, maka Persiapkanlah jawapanmu dengan Perbanyak mengucapkan Kalimah "LAILAHAILALLAH"..
Ya Allah Matikanlah Kami Semua Dalam Keadaan Islam...
Pada saat ini hadrah telah berkembang pesat di masyarakat Indonesia sebagai musik yang mengiringi pesta pernikahan, sunatan, kelahiran bayi, acara festival seni musik Islami dan dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolahan, pesantren, remaja masjid dan majelis taklim.
B. Shalawat yang digunakan oleh K.H Salimul Apip
Shalawat adalah bentuk jamak dari kata salla atau salat yang berarti: doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah.
Arti bershalawat dapat dilihat dari pelakunya. Jika shalawat itu datangnya dari Allah Swt. berarti memberi rahmat kepada makhluk. Shalawat dari malaikat berarti memberikan ampunan. Sedangkan shalawat dari orang-orang mukmin berarti suatu doa agar Allah Swt. memberi rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad Saw. dan keluarganya.
Shalawat adalah bentuk jamak dari kata salla atau salat yang berarti: doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah.
Arti bershalawat dapat dilihat dari pelakunya. Jika shalawat itu datangnya dari Allah Swt. berarti memberi rahmat kepada makhluk. Shalawat dari malaikat berarti memberikan ampunan. Sedangkan shalawat dari orang-orang mukmin berarti suatu doa agar Allah Swt. memberi rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad Saw. dan keluarganya.
Shalawat juga berarti doa, baik untuk diri sendiri, orang banyak atau kepentingan bersama. Sedangkan shalawat sebagai ibadah ialah pernyataan hamba atas ketundukannya kepada Allah Swt., serta mengharapkan pahala dari-Nya, sebagaimana yang dijanjikan Nabi Muhammad Saw., bahwa orang yang bershalawat kepadanya akan mendapat pahala yang besar, baik shalawat itu dalam bentuk tulisan maupun lisan (ucapan).
Dalam Tablighnya K.H Salimul Apip biasanya melantunkan shalawat Rasul dengan suara yang merdu dan nyaring. Bahkan List Shalawat-Shalawatnya bisa di akses dan didownload di media sosial. Sekitar 25 Album Shalawat yang bisa ditemukan di media internet.
Daftar List Album K.H Salimul Apip:
1.)Ya Robbi Sholli ‘Alal Musthofa
2.)Toha Sholatulloh
3.)Qoshidah Syeikh Ahmad Arsyad Al-Banjari
4.)Sholawat Badar
5.)Sholatullohi Wassalam
6).Ibadalloh
7.)Ya Nabi Salam
8.)Alloh Ya Robbi
9.)Shalawat Haji
10.)Rundayan Rosul
11.)Shalawat Mudoriah
12.)Allayaloh binadroh
13.)Alloh Robuna
14.)Assalamualaik
15.)Lailahaillaloh
16.)Ya Robbana’tarofna
17.) Birosulillahi Wal Badawi
18.) Ya Rosulalloh Salamun ‘Alaik
19.) Robbi Ga’jal Mujtama’na
20.) Ahlan Wa Sahlan
21.)Ya Imamarrusli
22. )Ahbabi
23.) Ya Habiballoh
24. )Nazhom Haji
25.) Ya Sayyidi
Adapun Video K.H. A Salimul Apip yang bisa didownload
1. Allah Ya Allah
2. Allohumma Solli
3. Bibismillah
4. Shollalloohu Alla
5. Yaa Laqolbin
6. Yaa Robbi Bil Mustafha
7. Yaa Sayyidi
8. Yabna Abdillah
C. Kekuatan Mahabbatul Rosul yang diamalkan oleh K.H Salimul Afif
Mahabbatul Rosul adalah suatu pujian terhadap Rasulullah baik dalam bentuk prosa maupun syair, telah ada sejak zaman Rasululah SAW lewat bait-bait gubahan tiga penyair terkenal yaitu Hasan ibn Tsabit, Abdullah ibn Rawahah dan Ka’ab ibn Malik. Nabi justru sangat terkesan dengan keindahan syair (qasidah) yang disampaikan oleh Ka’ab ibn Zuhayr ibn Abi Salma. Karena rasa sukanya, Nabi Muhammad pernah menghadiahkan selendang (burdah) untuk Ka’ab.
Sanjungan yang sering disampaikan para shahabat ini bersifat metaforik dan gaya simbolik sehingga mengilhami syair dan prosa dalam kitab-kitab Malid semisal al-Barzanji, ad-Diba’i, atau qasidah al-Burdah.
Mahabbatul Rosul adalah suatu pujian terhadap Rasulullah baik dalam bentuk prosa maupun syair, telah ada sejak zaman Rasululah SAW lewat bait-bait gubahan tiga penyair terkenal yaitu Hasan ibn Tsabit, Abdullah ibn Rawahah dan Ka’ab ibn Malik. Nabi justru sangat terkesan dengan keindahan syair (qasidah) yang disampaikan oleh Ka’ab ibn Zuhayr ibn Abi Salma. Karena rasa sukanya, Nabi Muhammad pernah menghadiahkan selendang (burdah) untuk Ka’ab.
Sanjungan yang sering disampaikan para shahabat ini bersifat metaforik dan gaya simbolik sehingga mengilhami syair dan prosa dalam kitab-kitab Malid semisal al-Barzanji, ad-Diba’i, atau qasidah al-Burdah.
Sanjungan yang sering disampaikan para shahabat ini bersifat metaforik dan gaya simbolik sehingga mengilhami syair dan prosa dalam kitab-kitab Malid semisal al-Barzanji, ad-Diba’i, atau qasidah al-Burdah Adalah Imam Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad ibn Zaid as-Shanhaji al-Bushiri (1213-1296 M/610-695 H) ahli hadis, penulis, sekaligus sastrawan kondang asal Mesir yang menulis 162 syair burdah. Semasa hidupnya al-Bushiri pernah berguru kepada Imam as-Syadzili (pendiri Tarikat Sadziliyah) dsn penerusnya Abdul Abbas al-Mursi.
Sajak-sajak Burdah yang 162 bait itu terdiri dari 10 bait tentang cinta, 16 tentang hawa nafsu, 30 tentang pujian terhadap Rasulullah SAW, 19 tentang kelahirannya, 10 tentang pujian terhadap al-Qur’an, 3 tentang Isra’ Mi’raj, 22 tentang jihad, 14 tentang istighfar, selebihnya (38 bait) tentang tawassul dan munajad.
Adapun syair-syair pujian yang dibawakan K.H Salimul Apip dalam versi bahasa sunda adalah Rundayan Rosul SAW, biasanya dibawakan saat acara Maulid Nabi.
Wajib Ka jalma Islamna - Uninga rundayana
Jeung nabi utusan Alloh - Muhammad putra Abdulloh
Abdullah putra Mutholib - Mutholib putrana hasyim
Hasyim putra Abdi Manaf - Abi Manaf putra Qushoy
Qushoy putra Kilab - Kilab putra Murroh
Murroh putra Ka’ab - K’ab putra Luay
Luay putrana Gholib - Gholib putrana Pihir
Pihir putrana Malik - Malik putrana Nadhor
Madhor putrana Kinanah - Kinanah putrana Huzaimah
Hizaimah putrana Mudrikah - Mudrikah putra Ilyas
Ilyas putrana Mudhor - Mudhor putrana Nizar
Nizar putrana M’ad - Ma’ad putrana Adnan
Nu wajib ka Adnan – ti Adnan dugi ka Adam
Henteu wajib uningana- sabab taya jalan soheh
Wajib uninganana – rundayan nu ti Ibuna
Jeung Nabi utusan Alloh – Muhamad putra Aminah
Aminah putrana Wahab – Wahab putra Abi Manaf
Abdi manaf putra Zuhroh – Zuhroh putrana kilab
Tepang deui dieyangna – dikilab janggawarengna
Janten ibu jeung ramana – masih keneh sarundayan.
D. Rutinitas Tawasul yang diamalkan oleh K.H.A Salimul Apip
Tawassul
Tawassul adalah salah satu metode dalam berdoa dari sekian cara dalam berdo’a kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Sedang yang diminta dan diharapkan dapat mengabulkan do’a tiada lain adalah Allah. Obyek yang dijadikan wasilah (perantara) hanya berperan sebagai mediator untuk mendekatkan diri diri kepada Allah. Siapapun yang meyakini di luar batasan ini berarti ia telah musyrik. Diantara alasan orang bertawassul adalah karena ia mencintai mediator yang dijadikan wasilah dan meyakini bahwa Allah juga mencintainya. Jika ternyata penilaiannya keliru niscaya ia akan menjadi orang yang paling menjauhinya dan paling membencinya.Orang yang bertawassul tidak boleh meyakini bahwa media yang dijadikan untuk bertawassul kepada Allah itu bisa memberi manfaat dan derita dengan sendirinya (independent) sebagaimana Allah, atau tanpa izin-Nya. Dan barangsiapa yang meyakini demikian niscaya ia musyrik. Tawassul bukanlah suatu keharusan, dan terkabulnya do’a tidaklah harus dengan cara tawasul. (Mafaahim Yajibu An Tushohhah).[10]
Adapun dalil-dalil yang menunjukkan diperbolehkan bertawassul dalam berdo’a diantaranya adalah :
َلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ
اللهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللهَ تَوَّاباً
رَّحِيماً
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya, datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rosulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS, An Nisaa : 64)
Al Imam Al Hafidh Ibnu Katsir ketika menjelaskan firman Allah diatas, berkata :
يُرْشِدُ تَعَالَى اَلْعُصَاةَ وَالْمُذْنِبِيْنَ إِذَا وَقَعَ مِنْهُمُ
الْخَطَأُ وَالْعِصْيَانُ أَنْ يَأْتُوا إِلَى الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَسْتَغْفِرُوا اللهَ عِنْدَهُ، وَيَسْأَلُوْهُ أَنْ
يَسْتَغْفِرَ لَهُمْ، فَإِنَّهُمْ إِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ تَابَ اللهُ
عَلَيْهِمْ وَرَحِمَهُمْ وَغَفَرَ لَهُمْ، وَلِهَذَا قَالَ: { لَوَجَدُوا
اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا }
Alloh –subhaanahu wata’ala- memberi petunjuk kepada orang-orang ahli maksiat dan orang-orang yang berdosa, jika mereka jatuh dalam kesalahan dan kedurhakaan hendaknya mereka datang menemui Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wasallam- kemudian mereka memohon ampun kepada Allah disisi Nabi dan meminta agar Nabi memohonkan ampun untuk mereka. Jika mereka melakukan hal itu niscaya Allah menerima taubat mereka, merahmati mereka, serta meng-ampuni mereka. Olah karenanya Allah berfirman : (tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang)
Dalam pengamalan Tawassul K.H. A Salimul Apip mengamalkan tawassul sebagai metode dalam permintaan do’a kepada Allah SWT memanjatkan puja dan puji atas keagungan sang Maha Kuasa. Dalam ceramahnya pada 1 Februari 2014, Cijerah-Bandung. KH.A Salimul Apip mengadakan pengajian bersama dan bertawassul dengan memadukan seperti ciri khasnya yaitu hadroh dan shalawat bersama para jemaah. Selain pengajian langsung yang diadakan oleh beliau ada juga buku panduan yang dibuat oleh K.H. A Salimul Apip mengenai Qasidah Tawassul.
Penutup
Hadrah, Shalawat, dan Mahabbatul Rasul, tawassul merupakan media tabligh yang dilakukan oleh K.H. Salimul Apip media tersebut masuk kedalam media tabligh yang tradisional karena didalam semua itu ada unsur formal dan non formal. Hadroh, Shalawat, mahabbatul Rasull, dan tawassul bisa berupa tulisan dan lisan (Formal), dan bisa juga termasuk seni dan budaya ( Nonformal).
Hadroh yang di amalkan K.H. Salimul Apip merupakan syair hadroh dan shalawat yang bersumber inspirasi dari Rosulullah, kecintaannya terhadap Rasul beliau juga selalu melantunkan shalawat ketika pengajian. Selain itu Mahabbatul Rasul yang diamalkan oleh K.H. A Salimul Apip merupakan wujud cintanya kepada Rasululloh, bakan K.H.A Salimul Apip menulis dan mengumpulkan syair-syair yang berisi sanjungan terhadap Rasulullah yang dicetak di media massa dan di sebarluaskan melalui jejaring media sosial. Hal itu juga murupakan suatu media tabligh gabungan antara Formal dan Nonformal. Karena K.H A. Salimul Apip mengamalkan semua itu bukan melalui lisan saja, tetapi melalui tulisan. Dengan cara semua itulah K.H A Salimul Apip penyampaikan pesan tablighnya.
Hadrah, Shalawat, dan Mahabbatul Rasul, tawassul merupakan media tabligh yang dilakukan oleh K.H. Salimul Apip media tersebut masuk kedalam media tabligh yang tradisional karena didalam semua itu ada unsur formal dan non formal. Hadroh, Shalawat, mahabbatul Rasull, dan tawassul bisa berupa tulisan dan lisan (Formal), dan bisa juga termasuk seni dan budaya ( Nonformal).
Hadroh yang di amalkan K.H. Salimul Apip merupakan syair hadroh dan shalawat yang bersumber inspirasi dari Rosulullah, kecintaannya terhadap Rasul beliau juga selalu melantunkan shalawat ketika pengajian. Selain itu Mahabbatul Rasul yang diamalkan oleh K.H. A Salimul Apip merupakan wujud cintanya kepada Rasululloh, bakan K.H.A Salimul Apip menulis dan mengumpulkan syair-syair yang berisi sanjungan terhadap Rasulullah yang dicetak di media massa dan di sebarluaskan melalui jejaring media sosial. Hal itu juga murupakan suatu media tabligh gabungan antara Formal dan Nonformal. Karena K.H A. Salimul Apip mengamalkan semua itu bukan melalui lisan saja, tetapi melalui tulisan. Dengan cara semua itulah K.H A Salimul Apip penyampaikan pesan tablighnya.
sumber fb K.H Salimul Afif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar